Desa Kemiren: Menikmati Adat Budaya Suku Using
Tinjauan
Ketika Anda menyusuri pesona alam Banyuwangi maka lengkapilah dengan menyambangi suku aslinya. Sebuah desa bernama Kemiren kini menjadi perhatian para pelancong. Tempat dimana Anda dapat menyaksikan langsung keseharian suku Using yang bersahaja lengkap dengan atribut adat dan budayanya yang masih lestari.
Desa Wisata Kemiren berlokasi di Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Warga desa ini kental memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka. Menjadi istimewa karena gelaran adat yang sudah menjadi kebiasan tersebut didukung oleh Pemerintah Daerah untuk menjadi atraksi dan daya tarik di Banyuwangi.
Upacara adat di Desa Kemiren memang sangat berkaitan dengan pertanian terutamanya karena sebagian besar warganya bermata pencaharian sebagai petani. Saat masa panen tiba, warganya akan membunyikan tabuhan angklung dan gendang di pematang sawah. Saat menumbuk padi, wanitanya akan memukul-mukul lesung dan alu sehingga menghadirkan bunyi harmonis.
Suku Using sendiri merupakan masyarakat Blambangan yang tersisa dari keturunan Kerajaan (Hindu) Blambangan yang berkuasa selama dua ratusan tahun sebelum ditaklukkan Kerajaan Mataram Islam pada 1743 M. Suku Using berbeda dengan masyarakat dari suku Jawa, Madura ataupun Bali terutamanya bila dilihat dari budaya maupun bahasanya.
Ahli sejarah lokal meyakini bahwa julukan ‘osing’ diberikan para imigran yang menemukan bahwa kata ‘tidak’ dalam dialek lokal adalah ‘osing’ yang berbeda dari kata ‘ora’ dalam bahasa Jawa. Orang yang sebenarnya Jawa itu kini disebut Using saja atau juga disebut Jawa Using. Suku Using memiliki ciri khas bahasa yaitu ada sisipan ‘y’ dalam pengucapannya, contohnya kata madang (makan) dalam bahasa Using menjadi madyang atau kata abang (merah) dalam bahasa Using menjadiabyang.
Diperkirakan Desa Kemiren lahir pada masa penjajahan sekira tahun 1830. Awalnya, desa tersebut berupa hamparan sawah dan hutan milik penduduk Desa Cungking. Saat itu, masyarakat Cungking memilih bersembunyi di sawah untuk menghindari tentara Belanda. Warga enggan kembali ke desa asalnya di Cungking. Maka dibabatlah hutan untuk dijadikan perkampungan. Hutan tersebut banyak ditumbuhi pohon kemiri dan durian sehingga dari itulah desa ini dinamakan ‘kemiren’. Desa Cungking sendiri kini masih tetap ada, letaknya 5 km arah timur Desa Kemiren dan sudah menjadi desa kota.
Bagi suku Using kesuburan tanah dan hasil panen bersumber pada penghormatan kepada roh-roh nenek moyang. Apabila terjadi wabah, penyakit ataupun kesusahan pada desa maka dianggap sebagai kemarahan roh-roh nenek moyang terhadap perbuatan atau tingkah laku warga yang kurang sesuai. Oleh sebab itu, masyarakat Using di Kemiren sering, bankan selalu meminta pertolongan dari roh-roh nenek moyang dengan cara mengadakan selamatan.
Berikut ini beberapa kegiatan adat yang biasa dilakukan suku Using di Desa Kemiren.
Selamatan Kampung Sewu Tumpeng menjadi acara adat yang perlu Anda lihat langsung dan biasanya dihelat akhir September. Kegiatan ini merupakan ungkapan rasa syukur warga atas apa yang telah diberikan Tuhan setahun sebelumnya. Di dalamnya Anda dapat melihat keramaian tumpengan yang diusung dari masing-masing keluarga.
Barong Ider Bumi merupakan upacara tolak bala desa dimana biasanya diadakan tepat hari kedua Idul Fitri. Kegiatannya ditandai arak-arakan barong kemiren beserta perangkatnya dari ujung timur desa ke ujung barat desa.
Kemiren Art Performance adalah acara yang baru saja dibina dan rencananya digelar setiap bulan Juni. Di dalamnya ditampilkan drama teatrikal yang menceritakan sejarah kota Banyuwangi. Hal unik dari acaranya adalah seni pertunjukan yang ditampilkan tidak diadakan di tengah keramaian namun di tengah hutan dan di atas air.
Ngopi Sepuluh Ewu berupa acara minum kopi sekampung di Desa Kemiren yang biasanya dihelat akhir September dan masuk dalam rangkaian Banyuwangi Festival. Bayangkan setiap rumah mengelurkan kursi dan meja ruang tamunya ke jalan raya. Desa ini pun sekejap berubah bak café dadakan di sepanjang jalan desa. Anda akan melihat orang lalu-lalang menyeduh kopi dari meja mana saja secara gratis dengan cangkir tempo dulu.
Upacara lain yang masih sering dilakukan suku Using adalah upacara ngaturi dahar. Acara selamatan ini bertujuan untuk membersihkan diri bagi anggota keluarga. Umumnya upacara ini dilakukan setiap keluarga suku Using setahun sekali saat malam Jum’at atau malam Senin.
Akomodasi
Tidak ada penginapan di sekitar Desa Kemiren kecuali Anda berniat bermalam di salah satu rumah penduduk. Berdiskusilah dengan ketua paguyuban atau tetua desa untuk dibantu mencarikan tempat menginap. Banyuwangi pun dapat menjadi pilihan karena memang lokasinya juga tidaklah seberapa jauh dan berikut ini pilihannya.
Ketapang Indah
Jalan Gatot Subroto
0333-422280
Berlian Abadi
Jalan Yos Sudarso 165
0333-427688
Ikhtiar Surya
Jalan Gajah Mada 9
0333-421063
Ijen Resort and Villas
Jalan Randu Agung
0333-429000
Agung Jaya Mahkota
Jalan Raya Jember 55
0333-845346
Margo Utomo Argo Resort
Jalan Lapangan 10, Kalibaru
0333-897700
Margo Utomo Hill View
Jalan Raya Putri Gunung 3, Kalibaru
0333-897420
Surya
Jalan Yos Sudarso 2, Jajag
0333-396126
Kumala
Jalan Ahmad Yani 21
0333-423287
Blambangan
Jalan Dr. Wahid Sudirohusodo
0333-421598
Tanjung Sari
Jalan Mawar 8-10
0333-421786
Mahkota Plengkung
Jalan Yos Sudarso
0333-416586
Manyar Hotel
Jalan Gatot Subroto 110
0333-510172
Kalibaru Cottege
Jalan Raya Jember, Kalibaru
0333-8973333
Watu Dodol
Jalan Raya Situbondo Km 14
0333-510048
Tips
Waktu kegiatan budaya di Desa Kemiren terkadang tidak pasti karena bergantung pada kebutuhan seperti selamatan nikah adat, Sunatan, Selamatan Sawah, Mepe Kasur Bareng dan acara adat lainnya. Oleh karena itu, Anda diajurkan menghubungi pihak berikut.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi
Jl. Ahmad Yani No. 78, Penganjuran, Banyuwangi 68416, Jawa Timur
Telp. (0333) 424172
Website:http://banyuwangitourism.com/
Transportasi
Untuk menuju Desa Kemiren dari Pusat Kota Banyuwangi Anda dapat susuri jalan ke arah Kecamatan Glagah dimana sejalur menuju Kawah Ijen. Dari Simpang Lima (pusat kota) berbeloklah ke arah barat masuk Jalan Jaksa Agung Suprapto hingga mencapai lampu merah Cungking. Arahkan kendaraan ke barat masuk Jalan HOS Cokroaminoto atau melewati Jalan Brawijaya hingga tiba di Simpang Bakungan kemudian ambilah arah ke barat masuk Jalan Barong.
Luas Desa Kemiren sendiri sekira 117.052 m2 yang memanjang sejauh 3 km dan di kedua sisinya dibatasi Sungai Gulung dan Sungai Sobo yang mengalir dari barat ke timur. Desa Kemiren ditetapkan sebagai Desa Wisata Using tahun 1995 dimana dari sana dipertontonkannya kesenian warga sekaligus kebudayaannya
Kuliner
Cicipi sayur dan sambal lucu (baca: nama menu) yang merupakan kuliner khas Using. Itu merupakan sajian kuno asal Banyuwangi ini memiliki cita rasa menggugah serupa sayur asem. Nama ‘lucu’ sendiri merupakan tanaman yang mirip laos dimana biasanya hanya diambil bagian batang atau bunganya. Darinya kemudian sering diolah menjadi sayur atau sambal. Rasa sayuran ini pedas dan segar juga sedikit ada rasa mint. Biasanya sayur lucu diolah bersama potongan daging dan tulangan ayam kampung kemudian diberi kuah. Bumbu yang menyertai sayuran ini adalah sambal lucu (irisan kacang panjang segar serta gerusan lombok) didampingi ayam kampung goreng dan ikan asin. Sayur dan sambal lucu hanya dijumpai saat acara hajatan seperti pernikahan atau ritual menaikkan killing.
(Zulfa)
0 komentar:
Posting Komentar